patient

Rabu, 23 Maret 2011
kia harus sabar saat mghadapi apapun yg trjadi dlm hidup kita..
krn Tuhan tau yang trbaik untuk hidup kita :)

brownis

  1. 200 gram Tepung terigu segitiga
  2. 400 gram gula pasir
  3. 8 butir telur
  4. 1/2 kaleng susu kental manis cokelat *kemaren pake yang putih ..yang coklat abis di tokonya*
  5. 300 ml minyak goreng *aku pake margarin leleh …dalam rangka ngabisin stok margarine*
  6. 1/2 botol pasta mocca
  7. 1/2 ons cokelat bubuk
  8. 1/2 sdt vanili
  9. 1 sdm SP
  10. 1/2 sdt garam
  11. cokelat beras/messes secukupnya *aku tambahin almond iris diremukkin buat iseng-iseng aja*
Directions :
  1. Ayak tepung terigu, cokelat bubuk dan SP sisihkan.
  2. Kocok telur dan gula sampai larut masukkan bahan kering aduk rata, tambahkan susu kental, pasta mocca, vanili dan garam, terakhir masukkan minyak goreng, campur rata,bagi menjadi 2 adonan.
  3. Masukkan dalam loyang ukuran 22×22 cm yang telah dioles margarin tipis dan dialasi kertas roti.
  4. Masukan adonan pertama, kukus selama 15 menit dengan api kecil, setelah permukaan kering taburi dengan messes, taburi almond kepingan yang sudah diremukkan ..masukkan adonan kedua,
  5. 5.Kukus +/- 30 menit ato hingga matang.

Bayar harga

bayar harga' sering kali menjadi sebuah tindakan iman bagi setiap kita orang percaya... kita yang percaya bahwa keselamatan didalam kematian dan kebangkitan Kristus, menjalankan hidup iman sebagai konsekuensi hidup di dalam Kristus yaitu hidup di dalam Roh dan Kebenaran...

hidup dalam Roh dan Kebenaran memposisikan seorang manusia percaya untuk tidak lagi hidup di dalam dunia, dan tidak terseret arus kehidupan dunia... mengikut Kristus, seakan memposisikan diri kita sebagai sebuah gerbong kereta yang terikat oleh lokomotif iman kita yaitu Kristus Yesus, dan berjalan dalam jalan yang ditentukan dan tidak bisa melenceng dari rel yang sudah ditetapkan...

sebagai pengikut Kristus tentunya tidak lagi hidup mengikuti diri sendiri, tidak lagi mengikuti kesukaan dan keinginan daging [ hawa nafsu ], dan hanya mengikuti apa yang dikehendaki oleh Roh Kebenaran itu sendiri... hidup kita adalah kehendakNya...

hal inilah yang banyak dianggap oleh orang percaya sebagai 'harga yang harus dibayar...' saat mengikut Kristus... melepaskan kehidupan dunia, mematikan keinginan daging, dan berjalan didalam Tuhan, merupakan bayar harga atas keselamatan dari kematian dan kebangkitan Kristus...

bayar harga dianggap merupakan sebuah tidakan iman, namun juga merupakan sebuah penghinaan terhadap kematian Kristus dan karya keselamatan Tuhan... bayar harga seolah-olah merupakan sebuah pengorbanan yang dilakukan oleh orang percaya atas keselamatan dari Kristus.

kematian Kristus dan karya keselamatan Bapa adalah cuma-cuma... justru didalam sengsara , kematian, dan kebangkitan Kristus Yesuslah, Tuhan telah membayar lunas jiwa kita dari kegelapan maut... dan manusia tidak dapat membayar harga penebusan itu... tidak juga dengan berkorban bagi Yesus... betapa beraninya kita berbicara membayar harga bagi Yesus, padahal Yesuslah yang membayar harga jiwa kita dengan jiwaNya ! kita telah diselamatkan dari neraka dan kehancuran total dan kemudian kita masih berbicara tentang berkorban ! dapatkah kita membayar harga penebusan Kristus di kayu salib... ?

yang harus kita lakukan adalah penyerahan sempurna didalam Kristus... dan tidak ada yang harus membayar harga untuk itu... kita harus keluar dari pemikiran kita dan pengalaman kita yang sempit untuk masuk dalam penyerahan penuh kepadaNya...

sebagian besar dari kita hidup hanya sebatas kesadaran --- dengan sadar melayani dan mengabdi kepada Allah --- hal ini menunjukkan ketidakdewasaan dan kenyataan bahwa kita belum menghayati kehidupan Kristen yang sesungguhnya... bagi kita yang berfikiran 'ada harga yang harus dibayar untuk mengikut Kristus' merefleksikan pikiran-pikiran sempit yang menandakan bahwa kita belum menghayati kehidupan Kristen yang sesungguhnya...

Jika saya benar-benar menghayati kehidupan Kristen, tinggal didalam Kristus dan Kristus tinggal didalam saya, maka saya akan mencapai ketinggian yang menakjubkan dimana tidak seorang pun akan memperhatikan saya secara pribadi... sehingga hidup kudus bukan merupakan hasil pikiran 'harga yang harus saya bayar...' dan melakukan kehendak Tuhan bukan sebuah pengorbanan yang saya lakukan untuk Kristus... sehingga tidak ada seorang pun yang mengatakan tentang saya ' betapa menakjubkannya pria pendoa ini ' atau ' betapa hebat pengabdian wanita ini... '

Gal 5 : 24 '...barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya...'
inilah makna hidup didalam Kristus, yaitu bahwa saat kita menjadi milikNya, kita telah menyalibkan dunia kita, dan bukan kita harus menyalibkan dunia... bukan sebuah harga yang harus kita bayar, dan bukan sebuah pengorbanan untuk Kristus...

saya yakin tidak ada diantara orang percaya yang merasakan bahwa hidup bersama Kristus merupakan sebuah keterpaksaan dari pengorbanan yang Kristus telah lakukan... dan pemikiran yang mengarah kepada keterpaksaan dari konsekuansi keselamatan yang telah kita peroleh harus dikonversikan menjadi penghayatan atas 'hidup didalam Kristus, dan Kristus hidup didalam kita...' sehingga kita dapat berkata 'hidup bukanlah aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam ku...'

with all I am

in to Your hand
a commite again
with all I am
for You Lord

You hold my world
in the palm on Your hand
and I a Yours Forever

Jesus I believe in You
Jesus I belong to you
Your the reason that I life, the reason that I sing

I will worship You :)

Bunda Teresa

Bunda Teresa, seorang yang memberi hatinya untuk melayani di tengah-tengah masyarakat miskin di India.Dilahirkan di Skopje, Albania pada 26 Agustus 1910, Bunda Teresa merupakan anak bungsu dari pasangan Nikola dan Drane Bojaxhiu. Ia memiliki dua saudara perempuan dan seorang saudara lelaki. Ketika dibaptis, ia diberi nama Agnes Gonxha. Ia menerima pelayanan sakramen pertamanya ketika berusia lima setengah tahun dan diteguhkan pada bulan November 1916.


Ketika berusia delapan tahun, ayahnya meninggal dunia, dan meninggalkan keluarganya dengan kesulitan finansial. Meski demikian, ibunya memelihara Gonxha dan ketiga saudaranya dengan penuh kasih sayang. Drane Bojaxhiu, ibunya, sangat memengaruhi karakter dan panggilan pelayanan Gonxha.

Ketika memasuki usia remaja, Gonxha bergabung dalam kelompok pemuda jemaat lokalnya yang bernama Sodality. Melalui keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan yang dipandu oleh seorang pastor Jesuit, Gonxha menjadi tertarik dalam hal misionari. Tampaknya hal inilah yang kemudian berperan dalam dirinya sehingga pada usia tujuh belas, ia merespons panggilan Tuhan untuk menjadi biarawati misionaris Katolik.

Pada tanggal 28 November 1928, ia bergabung dengan Institute of the Blessed Virgin Mary, yang dikenal juga dengan nama Sisters of Loretto, sebuah komunitas yang dikenal dengan pelayanannya di India. Ketika mengikrarkan komitmennya bagi Tuhan dalam Sisters of Loretto, ia memilih nama Teresa dari Santa Theresa Lisieux.

Suster Teresa pun dikirim ke India untuk menjalani pendidikan sebagai seorang biarawati. Setelah mengikrarkan komitmennya kepada Tuhan, ia pun mulai mengajar pada St. Mary’s High School di Kalkuta. Di sana ia mengajarkan geografi dan katekisasi. Dan pada tahun 1944, ia menjadi kepala sekolah St. Mary.

Akan tetapi, kesehatannya memburuk. Ia menderita TBC sehingga tidak bisa lagi mengajar. Untuk memulihkan kesehatannya, ia pun dikirim ke Darjeeling.

Dalam kereta api yang tengah melaju menuju Darjeeling, Suster Teresa mendapat panggilan yang berikut dari Tuhan; sebuah panggilan di antara banyak panggilan lain. Kala itu, ia merasakan belas kasih bagi banyak jiwa, sebagaimana dirasakan oleh Kristus sendiri, merasuk dalam hatinya. Hal ini kemudian menjadi kekuatan yang mendorong segenap hidupnya. Saat itu, 10 September 1946, disebut sebagai “Hari Penuh Inspirasi” oleh Bunda Teresa.

Selama berbulan-bulan, ia mendapatkan sebuah visi bagaimana Kristus menyatakan kepedihan kaum miskin yang ditolak, bagaimana Kristus menangisi mereka yang menolak Dia, bagaimana Ia ingin mereka mengasihi-Nya.

Pada tahun 1948, pihak Vatikan mengizinkan Suster Teresa untuk meninggalkan ordonya dan memulai pelayanannya di bawah Keuskupan Kalkuta. Dan pada 17 Agustus 1948, untuk pertama kalinya ia memakai pakaian putih yang dilengkapi dengan kain sari bergaris biru.

Ia memulai pelayanannya dengan membuka sebuah sekolah pada 21 Desember 1948 di lingkungan yang kumuh. Karena tidak memiliki dana, ia membuka sekolah terbuka, di sebuah taman. Di sana ia mengajarkan pentingnya pengenalan akan hidup yang sehat, di samping mengajarkan membaca dan menulis pada anak-anak yang miskin. Selain itu, berbekal pengetahuan medis, ia juga membawa anak-anak yang sakit ke rumahnya dan merawat mereka.

Tuhan memang tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya berjuang sendirian. Inilah yang dirasakan oleh Bunda Teresa tatkala perjuangannya mulai mendapat perhatian, tidak hanya individu-individu, melainkan juga dari berbagai organisasi gereja.

Pada 19 Maret 1949, salah seorang muridnya di St. Mary bergabung dengannya. Diinspirasi oleh gurunya itu, ia membaktikan dirinya untuk pelayanan kasih bagi mereka yang sangat membutuhkan.

Segera saja mereka menemukan begitu banyak pria, wanita, bahkan anak-anak yang sekarat. Mereka telantar di jalan-jalan setelah ditolak oleh rumah sakit setempat. Tergerak oleh belas kasihan, Bunda Teresa dan rekan barunya itu pun menyewa sebuah ruangan untuk merawat mereka yang sekarat.

Pada tanggal 7 Oktober 1950, Missionary of Charity didirikan di Kalkuta. Mereka yang tergabung di dalamnya pun semakin teguh untuk melayani dengan sepenuhnya memberi diri mereka untuk melayani kaum termiskin di antara yang miskin. Mereka tidak pernah menerima pemberian materi apa pun sebagai balasan atas pelayanan yang mereka lakukan.

Pada awal 1960-an, Bunda Teresa mulai mengirimkan suster-susternya ke daerah-daerah lain di India. Selain itu, pelayanan dari Missionary of Charity mulai melebarkan sayapnya di Venezuela (1965), yang kemudian diikuti oleh pembukaan rumah-rumah di Ceylon, Tanzania Roma, dan Australia yang ditujukan untuk merawat kaum miskin.

Setelah Missionary of Charity, sejumlah yayasan pun didirikan untuk memperluas pelayanan Bunda Teresa. Yang pertama ialah Association of Coworkers sebagai afiliasi dari Missionary of Charity. Asosiasi ini sendiri di setujui oleh Paus Paulus VI pada 26 Maret 1969. Meskipun merupakan afiliasi Missionary of Charity, asosiasi ini memiliki anggaran dasar tersendiri.

Selama tahun-tahun berikutnya, dari semula melayani hanya dua belas, Missionary of Charity berkembang hingga dapat melayani ribuan orang. Bahkan 450 pusat pelayanan tersebar di seluruh dunia untuk melayani orang-orang miskin dan telantar. Ia membangun banyak rumah bagi mereka yang menderita, sekarat, dan ditolak oleh masyarakat, dari Kalkuta hingga kampung halamannya di Albania. Ia juga salah satu pionir yang membangun rumah bagi penderita AIDS.

Berkat baktinya bagi mereka yang tertindas, Bunda Teresa pun mendapatkan berbagai penghargaan kemanusiaan. Pada tahun 1979, ia menerima John XXIII International Prize for Peace. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Paus Paulus VI. Pada tahun yang sama, ia juga memperoleh penghargaan Good Samaritan di Boston.

Setelah mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun di India, tentu saja pemerintah India tidak menutup mata akan pelayanannya. Maka pada tahun 1972, Bunda Teresa menerima Pandit Nehru Prize.

Setahun kemudian, ia menerima Templeton Prize dari Pangeran Edinburgh. Ia terpilih untuk menerima penghargaan tersebut dari dua ribu kandidat dari berbagai negara dan agama oleh juri dari sepuluh kelompok agama di dunia.

Puncaknya ialah pada tahun 1979 tatkala ia memperoleh hadiah Nobel Perdamaian. Hadiah uang sebesar $6.000 yang diperolehnya disumbangkan kepada masyarakat miskin di Kalkuta. Hadiah tersebut memungkinkannya untuk memberi makan ratusan orang selama setahun penuh. Ia berkata bahwa penghargaan duniawi menjadi penting hanya ketika penghargaan tersebut dapat membantunya menolong dunia yang membutuhkan.

Pada tahun 1985, Bunda Teresa mendirikan pusat rehabilitasi pertama agi korban AIDS di New York. Menyusul kemudian sejumlah rumah penampungan yang didirikan di San Fransisco dan Atlanta. Berkat upayanya ini, ia mendapatkan Medal of Freedom.

Pelayanan Bunda Teresa sama sekali tidak mengenal batas. Dipupuk di kampung halamannya, ia mengawali pelayanan di India. Dari India, pelayanannya meluas hingga ke seluruh penjuru dunia. Ia, di antaranya, berkunjung ke Etiopia untuk menolong korban kelaparan, korban radiasi di Chernobyl, dan korban gempa bumi di Armenia.

Memasuki tahun 1990-an, kondisi tubuh Bunda Teresa tidak mengizinkannya melakukan aktivitas yang berlebihan, khususnya setelah serangan jantung pada 1989. Kesehatannya merosot, sebagian karena usianya, sebagian karena kondisi tempat tinggalnya, sebagian lain dikarenakan perjalanannya ke berbagai penjuru dunia. Menyadari kondisi kesehatannya yang demikian, Bunda Teresa meminta Missionary of Charity untuk memilih penggantinya. Maka, pada 13 Maret 1997, Suster Nirmala terpilih untuk meneruskan pelayanan Bunda Teresa.

Bunda Teresa akhirnya meninggal dunia pada tanggal 5 September 1997 dalam usia 87 tahun. Berbagai petinggi dari 23 negara menghadiri pemakamannya. Upacara pemakaman diadakan pada 13 September 1997, di Stadion Netaji, India, yang berkapasitas 15.000 orang. Atas kebijakan Missionary of Charity, sebagian besar yang menghadiri upacara tersebut adalah orang-orang yang selama ini dilayani oleh Bunda Teresa.

Tambourine

Salah satu firman Tuhan yang menjadi dasar bagi pelayanan tari & tamborine ditulis dalam Mazmur 150:4a. Firman tuhan ini diperuntukkan bagi semua orang, perempuan maupun laki-laki. Semua orang diperintahkan untuk menari-nari memuji nama Tuhan.
          Perbedaan yang mendasar antara memuji Tuhan dengan tarian dan melayani Tuhan dengan tarian adalah:
  • Untuk memuji Tuhan dengan tarian orang-orang tidak memerlukan latihan khusus.
  • Untuk memuji Tuhan dengan tarian kita memerlukan latihan khusus, karena kita yang terpanggil untuk melayani Tuhan dengan tarian, kita bukan hanya menari untuk mengekspresikan kasih dan penyembahan kita kepadaNya saja, tapi juga untuk mengkomunikasikan kasih Allah, kemegahanNya, keagunganNya dan seluruh keberadaan Allah melalui setiap gerakan tari dan ekspresi wajah kita.

Oleh karena itu dibentuklah suatu wadah khusus untuk melatih orang-orang tersebut (kita) agar dapat menari dengan cara yang benar & indah, dan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Beberapa orang mengatakan bahwa pelayan tari dan tamborine adalah wadah untuk menyalurkan dan mengembangkan bakat tari anak-anak Tuhan. Ini bukan tujuan utama, karena bila pelayanan ini hanya sebagai wadah pengembangan baka, apa bedanya dengan tempat-tempat kursus tari atau diskotik? Dan gereja bukanlah tempat yang tepat untuk itu. Karena salah satu alasannya bahwa pemimpin-pemimpin atau orang-orang yang mengajar tamborine dan tari adalah orang awam juga, yang diberi anugrah Tuhan untuk menari, bukan lulusan dari sekolah-sekolah tari khusus (balet misalnya)

Unsur penting yang harus diperhatikan dalam pelayanan tari & tamborine adalah:
  1. Kerohanian.
Setiap orang yang melayani menari dimimbar haruslah orang yang sudah dilahirkan baru dan bertobat. Kemudian mereka harus terus dibina utnuk berudabah dari cara hidup yang lama dan semakin bertumbuh didalam Tuhan.
Ekspresi  sangat penting dalam tarian. Bagaimana seorang penari dapat mengekspresikan sukacita diwajahnya kalau tidak ada sukacita yang sesungguhnya dalam hatinya ? Dan bagaimana seorang penari dapat menari dengna bebas dan penuh percaya diri kalau dalam hatinya tidak ada damai sejahtera Allah dan kebebasan yang total dari dendam, akar pahit dari masa lalunya ? TUHAN LEBIH TERTARIK PADA ORANGNYA DIBANDINGKAN PADA TARIANNYA.

  1. Skill/ketrampilan
Setiap orang yang ingin melayani dalam pelayan tamborine dan tari tidak harus orang yang memiliki bakat atau talenta menari. 98% pelayan tari adalah orang-orang awam yang sama sekali belum pernah mendapat pelatihan khusus. Karena itu seharusnya setiap pelayan memiliki semangat dan kemauan untuk belajar sehingga dapat menari dengan benar & terlihat indah. Tapi sayangnya hanya sedikit pelayan yang memiliki kesadaran seperti itu. Kebanyakkan mereka cukup puas dengan kemampuannya menari yang pas-pasan. Seringkali mereka bilang Tuhan melihat hati, tapi tentunya Tuhan akan senang kalau kita mau memberikan yang terbaik untukNya, bukan yang pas-pasan atau lumayan. Ingat kita menari di depan bukan hanya menari untuk Tuhan, tetapi juga jemaat. Kalau ketrampilan kita semakin baik, maka Allah dapat memakai kita semakin lebih lagi.
Kalau kita perhatikan penari-penari dunia, mereka menari bukan untuk siapa-siapa dan bukan untuk apa-apa. Tapi mereka mau berlatih dengan keras, penuh semangat dan disiplin agar mereka dapat menari dengan indah dan kompak. Seharusnya kita punya kemauan dan semangat yang lebih dari mereka. Kita tahu untuk siapa kita menari yaitu untuk Raja diatas segala Raja yang layak untuk mendapat yang terbaik dari kita karena Dia juga sudah memberikan yang terbaik untuk hidup kita,yaitu KESELAMATAN !!

  1. Fellowship
Pelayan tari dan tamborine pada umumnya dalam bentuk team. Karena dalam team tersebut berkumpul sekian orang yang berbeda, maa perlu adanya fellowship/persekutuan/persahabatanyang erat. Kalau didalam team ada permusuhan dan perpecahan, akan sulit sekali untuk dapat menari dengan kompak. Bukan karena latihannya yang kurang, tapi karena ada perpecahan didalamnya. Selain itu Tuhan juga benci pada permusuhan. Dimana ada persatuan disitu, ada berkat Tuhan. Kalau Tuhan hadir dlam tarian kita, didalam team, maka apa saja dapat terjadi. Karena itu persekutuan ini perlu diusahakan.
KETIGA HAL INI PENTING DAN SATU SAMA LAIN PERLU BERIMBANG.

          Salah hal yang perlu ditekankan dalam pelayan tari & tamborine adalah suatu pelayanan dan bukan suatu penampilan/perfomance.
Sikap hati yang perlu dimiliki oleh penari adalah sikap hati seperti raja Daud, II Samuel 6:5....Daud menari-nari dihadapan Tuhan dengan sekuat tenaga.
Daud memiliki sikap hati yang tidak setengah-setengah (Spirit of Excellence), selalu ingin memberikan yang terbaik untuk Tuhan.
          Ayat 14-16; 20-23 : Daud menari dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatannya, sampai Mikhal, istrinya, memandang rendah Daud. Tetapi Daud tidak memperdulikan pendapat orang lain tentang dirinya, dia tidak membiarkan kedudukan ataupun juga menghalangi dia untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan Allah yang sangat dikasihinya.

          Ayat 14 : Daud berbaju efod dari kain lenan, ini berarti dia melepaskan baju kerajaannya. Daud rela melepaskan status, kedudukan, kehormatan dan kebanggaannya untuk menari di hadapan Tuhan dengan sekuat tenaga. Ini menunjukkan kerendahan hati Daud. Walaupun dia seorang raja, tapi dia menyadari bahwa dihadapan Tuhan dia tidak lebih dari seorang hamba.

Sikap hati seperti inilah yang Tuhan inginkan dari kita sebagai pelayan-pelayanNya, yaitu sikap hati yang:
  1. Melakukan segala sesuatu dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatanmu. Selalu ingin melakukan yang terbaik buat Tuhan ( Spirit of Excellence)
  2. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dia tidak memperdulikan pendapat orang lain tentang dirinya, tidak membiarkan apapun juga mengahalangi dia untuk mengasihi TuhanNya.
  3. Rendah hati, rela melepaskan status, kedudukan,kehormatan dan kebanggaannya untuk dapat melayani dan menyenangkan hati Tuhan. Kalau kita ingin hidup berkenan dihadapan Tuhan, kita harus rela kehilangan hal-hal yang paling kita kasihi dan paling kita banggakan untuk dapat menyenangkan hatiNya. Ini bukan karena Allah jahat, tapi karena Allah tahu bahwa hal-hal yang paling kita kasihi tersebut seringkali memisahkan kita dari pada Tuhan dan menghalangi rencanaNya tergenapi dalam hidup kita.

“ Kita dapat melakukan sesuatu tanpa mengasihi, tapi kita tidak dapat mengasihi tanpa melakukan sesuatu.”

Puding coklat

PUDING COKELAT SUSU Resep Puding Cokelat Susu

Resep Puding Cokelat Susu

Bahan Puding Cokelat Susu :
  • Agar-agar bubuk cokelat, 2 bungkus
  • Gula pasir, 100 gram
  • Susu cair cokelat, 600 ml
  • Cokelat masak pekat, 100 gram, lelehkan
  • Pasta cokelat, 1 sendok teh
  • Garam, secukupnya
Bahan Saus :
  • Susu cair, 250 ml
  • Tepung maizena, 1 sendok teh
  • Gula pasir, 50 gram
  • Garam, secukupnya
  • Vanili bubuk, 1/4 sendok teh
  • Kuning telur, 1 butir, kocok
Cara membuat Puding Cokelat Susu :
  1. Campur agar-agar, gula pasir, susu cair, dan garam. Aduk rata dan rebus di atas api sedang hingga mendidih sambil diaduk agar tidak pecah.
  2. Masukkan cokelat masak pekat, masak hingga cokelat larut. Angkat, tambahkan pasta cokelat, aduk rata.
  3. Tuang rebusan agar-agar ke dalam cetakan yang telah dibasahi air. Bekukan.
  4. Saus : Rebus susu, tepung maizena, gula pasir, garam dan vanili hingga mendidih. Ambil 1 sendok sayur rebusan susu, tuang dalam kuning telur. Aduk rata.
  5. Tuang kembali campuran kuning telur ke dalam rebusan susu. Rebus hingga mendidih dan kental sambil diaduk. Angkat dan dinginkan.
  6. Keluarkan puding dari cetakan, sajikan puding dengan saus vanila.
Untuk 12 buah Puding Cokelat Susu
Tips Puding Cokelat Susu :
  • Jika ingin rasa cokelat yang lebih tajam, anda bisa tambahkan beberapa sendok teh cokelat bubuk dalam adonan puding.
  • Bagi yang tidak suka saus vanila, ganti saja dengan koktail buah.

KASIH

Senin, 14 Maret 2011
kasih itu Leah Lembut, sabar, sederhana
Kasih itu murah hati, rela menderita
ajari Lah kami bahsa cintaMU
ajar kami dekat pada muLya Tuhan ku
ajari Lah kami, bahasa cinta MU  agar kami dekat pada MU :)